Mengulik Sejarah dari Kisah Turun Temurun Rakyat Daerah “Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur” Karya Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Peradaban

Identitas Buku:

Judul                           : Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur

Pengarang                   : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Peradaban

Penerbit                       : SIP Publishing

Tahun terbit                : 2020

Jumlah halaman          : 124 halaman

Jenis Buku                  : Non Fiksi

Cetakan ke-                 : I

ISBN                           : 978-623-7831-40-2

Seiring berkembangnya zaman dan canggihnya teknologi, cerita rakyat daerah kian memudar. Apalagi tokoh-tokoh masyarakat yang tahu akan sejarah semakin sedikit. Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur menjadi salah satu karya yang mengabadikan cerita rakyat di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, di antaranya Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, serta Kabupaten Purbalingga.

Istilah folklor sendiri jarang dikenal oleh masyarakat awam. Seperti yang telah dijabarkan pada halaman pengantar I buku Antologi ini, pengertian folklor merupakan budaya manusia yang secara kolektif diwariskan turun-temurun, baik lisan maupun gerak isyarat atau perilaku masyarakat. Kata folklor merupakan serapan dari bahasa Inggris yang merupakan kata majemuk dari dua kata folk dan lore. Dengan kata lain folklor berarti cerita rakyat yang ada di masing-masing daerah.

Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur memuat dua belas cerita, setiap judul dituliskan oleh dua mahasiswa secara bekerja sama. Beberapa cerita yang dituliskan di antaranya: 1) Legenda Sumur Penganten Sirampog, 2) Asal-usul Desa Tlahab, 3) Asal-usul Desa Ciawi, 4) Mata Air Kehidupan, 5) Bukit Keputihan, 6) Asal-usul Desa Bambangan, 7) Kisah Monyet Desa Cikakak, 8) Mbah Rubi, 9) Asal Mula Desa Karang Pucung, 10) Bumiayu Dan Candi Pancurawis, 11) Asal-usul Sumur Jirem serta, 12) Talang Gugur.

Inti dari cerita yang dituliskan merupakan hasil dari wawancara yang telah dilakukan penulis kepada narasumber yakni tokoh masyarakat yang mengetahui seluk-beluk cerita turun-temurun tersebut. Untuk cerita lengkap maupun detail cerita pasti berbeda antara tokoh masyarakat satu dengan yang lainnya namun gagasan pokok tetaplah sama.

Sebagai pembuka, Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur menyajikan Legenda Sumur Penganten Sirampog yang berlokasi di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes. Dilanjutkan cerita mengenai Asal-usul Desa Tlahab yang tepatnya berlokasi di Desa Tlahab, Kabupaten Purbalingga.  Kemudian diikuti sembilan cerita lainnya hingga sampai pada kisah Talang Gugur yang juga disematkan sebagai judul Antologi Folklor dan Resensi Cerita.

Sebagai anggota masyarakat yang hidup pada zaman ini saya mendapatkan pesan-pesan yang terkandung dalam berbagai cerita turun temurun yang ada. Seperti nilai religius yang terkandung dalam Folklor Kisah Monyet Desa Cikakak, juga Mbah Rubi (seorang tokoh yang sangat mementingkan kehidupan akhirat), nilai sosial yang terkandung dalam Folklor Asal-usul Sumur Jirem, nilai moral, dan masih banyak lagi nilai-nilai yang bisa diambil. Jadi, bukan hanya melestarikan warisan budaya namun juga memperkaya wawasan dan pengetahuan.

Dari keseluruhan Folklor tentunya memiliki kelebihan serta kekurangan, namun dengan adanya Antologi Folklor ini telah betul-betul membantu melestarikan folklor yang ada. Kelebihan Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur yakni judul yang mudah diingat. Adanya pengantar I dan II sebagai pembuka yang menjabarkan tentang pengertian folklor, serta harapan dengan didokumentasikannya folklor mampu menjadi jembatan berbagai petuah  serta sebagai bentuk melestarikan folklor tersebut.

Sesuai judul Antologi, setiap folklor memiliki resensi cerita yang membantu pembaca memahami lebih dalam apa inti folklor yang tertuang. Biodata narasumber yang dicantumkan memperkuat informasi dalam folklor yang dituliskan. Cerita rakyat yang dikemas apik, bukan hanya seperti bacaan sejarah namun juga dibumbui dialog tokoh sebagai gambaran yang mampu membawa pembaca benar-benar menyaksikan folklor saat itu.

Kekurangan Antologi Folklor dan Resensi Cerita Talang Gugur, yakni terdapat folklor yang memiliki lubang membuat makna folklor sedikit rancu. Terlihat perbedaan ciri penulisan dalam satu folklor, sebenarnya wajar-wajar saja sebab dalam identitas folklor pun tertulis jelas jika satu folklor memang ditulis oleh dua orang.

Akhir kata, Antologi Folklor ini benar-benar bagus apalagi jika generasi selanjutnya juga turut mengabadikan folklor dalam cerita pendek seperti Antologi ini. Selain melestarikan warisan budaya, juga menambah wawasan akan folklor dari generasi ke generasi. Masih banyak folklor yang terdapat di setiap daerah. Mari, menggali lebih dalam folklor yang ada untuk memperkaya wawasan, melestarikan warisan, serta memetik hikmah yang bisa diambil dalam folklor karena kebanyakan folklor pasti memiliki nilai-nilai kehidupan.

Penulis: Saniatul Khoeriyah